![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJrrfLTLJvqsW9It4z3sQlpuoUIoVwMf9wTklygemp9sAWSdJGvrHGtCm657DpIwy_kGCgNMIFrRoM6ZomLu8M2DOHttZSIXByNZdsoJFpEI3OaO_4SxLSCxvSEwkFIJoAkW4UULVU3FY/s1600/images.jpg)
Asal
nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara
yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para
pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru
Dinasti Tang (618-906 M) mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir
Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling
atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di
Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang
raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Jepara baru
dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil
yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan
berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh
putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk
membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih
melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai
perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar
Faletehan / Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun
1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan
kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin
(suami). Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi
Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger
perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran
Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.Kematian orang-orang yang
dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan
kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya
Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari
pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU
KALINYAMAT.Pada
masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579),Jepara berkembang pesat
menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import.
Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis
sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah
ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga
yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti
penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke
Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah
tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai
“RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang
wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal
yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini
gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam
upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis
dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara
Kalinyamat.Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan
gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang
dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu
Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka.
Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80
buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman
armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam
kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai "“QUILIMO”.Walaupun
akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara
Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun
telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini,
terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16
itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan
Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang
di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat
ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini
jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit
dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan
dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran
Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh
Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan
mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau
dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal
10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA
TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah. Ibukotanya adalah Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut
Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur,
serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi
Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Lau
t
ETIMOLOGI
Dulu ada orang yang sedang berjalan melewati Jepara melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya
membagi dlm bahasa jawa adalah
Para/Poro, maka pengembara tersebut menceritakan di kota tujuannya bahwa dia melewati
Ujung Para
karena dia melewati ujung pulau Jawa yang ada yang membagi ikan.
lama-lama kata Ujung Para berubah ejaannya menjadi lebih singkat yaitu
Jung Para, masyarakat pun lama kelamaan berubah menjadi
Jumpara lalu berubah menjadi
Japara dan ahirnya berubah menjadi
Jepara. Orang Jawa menyebut menyebut nama Jepara menjadi
Jeporo, dan orang Jawa yang menggunakan bahasa krama inggil menyebut Jepara menjadi
Jepanten. Sedangkan nama Jepara di dalam sebutan bahasa Belanda:
Yapara,
Japare.
Sejarah
Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan ditanah jawa. Diujung sebelah
utara pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang
itu berasal dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi
ke arah selatan. Jepara saat itu masih terpisah oleh selat Juwana.
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan
Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat
pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku
“Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M
seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri
Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa
atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara
sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima
yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya
“Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai
bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan
dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian
Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521).
Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka
yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat
digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536).
Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono,
Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono
dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono
dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546,
timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan
tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat
berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit
Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu
Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi
penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang
pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport
import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah
dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena
keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu
Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini
dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka
guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak
berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai
RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah
kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan
ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam
upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis
dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara
Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar
menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam
puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu
Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka.
Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80
buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman
armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam
kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan
tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka,
namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja
Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis
di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan
Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang
di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat
ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini
jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit
dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan
dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran
Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu
Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur
maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan
sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April
1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI
atau terus bekerja keras membangun daerah.
Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk Ukirnya yang sangat khas
Kerajaan
di Jepara terdapat beberapa Kerajaan pada masanya, yaitu:
- Kerajaan Kalingga
- Kerajaan Kalinyamat
Legenda
- Suronggotho
- Patak Warak
- Rara Ayu Mas Semangkin
Julukan Jepara
- Jepara Kota Ukir
Pada zaman Kerajaan Kalinyamat yang dipimpin Sultan Hadlirin ayah
angkatnya yang berasal dari Cina mengukir batu yang dia bawa dari Cina
untuk di letakan di Masjid Mantingan. Lalu dia mengajarkan cara mengukir
yang indah kepada warga Jepara sampai sekarang. maka Jepara di Juluki
Kota Ukir.
Jepara adalah kota dilahirkanya pahlawan nasional R.A. Kartini, maka Jepara di juluki Bumi Kartini.
Slogan R.A Kartini
Habis Gelap Terbitlah Terang hal tersebut
terealisasikan oleh pemerintah kabupaten Jepara dengan adanya 4 PLTU di
Jepara, yang menjadi pemasok listrik Jawa, Bali, Madura. Oleh karena itu
Bibit Waluyo (Gubernur Jawa Tengah) secara resmi memberi julukan KOTA
ENERGI kepada kota Jepara.
Di Jepara banyak ditemukan beberapa produk fashion seperti: Tenun Ikat
di Troso, Konveksi Baju di Sendang, Konveksi Celana di Bandungrejo,
Konveksi Kerudung di Pendosawalan, Konveksi Bordir di Nalumsari,
Perhiasan Monel di Kriyan, Perhiasan Emas di Margoyoso. Produk fashion
Jepara telah membanjiri Pasar Semarang, Surabaya, Bali, Jakarta,
Palembang, dll.
- Jepara Kota Kerajinan/ Kota Seni
Banyak seni kerajinan di Jepara seperti seni ukir, sini, patung, seni
relief, seni monel, seni emasan, seni gerabah, seni rotan, seni anyaman
bambu, seni macan kurung, dll. Oleh karena itu Jepara di juluki Kota
Kerajinan.
Pondok Pesantren sangat banyak di Rembang,
tetapi di Jepara terdapat Pondok Pesantren 2x lipat jumlah pondok
pesantren di Kabupaten Rembang. Oleh karena itu Jepara di kenal sebagai
Kota Seribu Pondok Pesantren.
Jepara berhasil membuat Rekor MURI
sekaligus Rekor Dunia dalam bidang mengukir kayu bersama terbanyak di
dunia. Maka Jepara resmi menyandang gelar The World Carving Center.
- Jepara The Beauty of Java
Berkali-kali Jepara mendapat Adipura di karenakan kota Jepara begitu
bersih. Selain itu Jepara sangat indah, dari pantai, pulau, hingga
pegunungannya.
Keindahan Kepulauan Karimunjawa keindahanya seperti di Karibia.
Karimunjawa mempunyai kesamaan lain dengan Karibia yaitu terdiri dari
beberapa pulau kecil, oleh karena itu belanda memberi julukan sebagai
Caribbean van Java.
Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama,NY. OVINK SOERdan
suaminya mengajak R.A. Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan
Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 kmke Utara
Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih
yang memukausebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya
kepada temannya Stella di negeri Belanda.
RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang
sambil berkejaran menghindariombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa
nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu Pantai Bandengan.Kemudian
Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang
hampir sama dengan bandengan namanya Klein Scheveningen secara spontan
mendengar itu RA Kartini menyela kalau begitu kita sebut saja Pantai
Bandengan ini dengan nama
Klein Scheveningen
Seni Budaya
Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu:
- Tari Kridhajati
- Tari Tayub
- Tari Emprak
- Samroh
- Gambus
- Angguk
- Dagelan
- Kentrung
- Ludruk
- Ketropak
- Keroncong
- Prasah
Jenis kesenian tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya
bernafaskan Islam. Jenis kesenian tradisional lainnya adalah dagelan,
emprak, ketropak, ludruk, kentrung, keroncong,dan prasah. Melalui
beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah menggunakannya untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat misalnya mengenai pembangunan dan
keluarga berencana.
Wisata Religi (Ziarah)
- Cirosomo (Makam Para Adipati/Bupati yang pernah memimpin Jepara dan keluarga besar R.A Kartini), di Sendang
- Makam Sultan Hadiri (Sunan Hadirin) dan Ratu Kalinyamat serta Raden Abdul Jalil (Sunan Jepara), di Mantingan
- Makam Syeh Siti Jenar, di Kelet
- Makam Habib Sodiq (Yek Nde) dan KH Noor Ahmad SS, di Kriyan
- Makam Mbah Roboyo, di Robayan
- Makam Datuk Gunardi, di Singorojo
- Makam Habib Ali, di Mayong
- Makam Ronggo Kusumo, di Manyargading
- Makam Syeh Abu Bakar, di Pulau Panjang
- Makam Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo, di Saripan
- Makam Ki Gede, di Bangsri
- Makam Syeh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), di Karimunjawa
- Makam Mbah Pakisaji, di Potroyudan
- Makam Assayyid Thoyyib Thohir dan Syaikh Syamsuri, di (Penagon, Nalumsari, Jepara)
- Makam Mbah Datuk Subuh, di Sidigede