Selasa, 30 Juli 2013

SEJARAH BERDIRINYA NOVA CELL

Nama saya Untung Subagyo, Saya lahir di salah satu kota di Indonesia Tepatanya di kota Indramayu JawaBarat. Singkat saja pada tahun 1995 Saya pindah di kota Jepara JawaTengah karena mengikuti kakak Saya, Dan di sana pula Saya mengenyam pendidikan SLTP. Dan tepatnya saya sekolah Di SMPN 1 Batealit Jepara, Dan saya berhasil menyelesaikan sekolah hingga tamat.




Seusai Tamat dari Sekolah SMP Saya meneruskan Sekolah Di jenjeng seterusnya dan tepatnya Saya sekolah di SMKN 1 Jepara, dan mengambil kejuruan tentang perikanan, dan saya bangga Sekolah di sana karena sistem pendidikan di sana sangat komplit dan memakai sistem kejar jam, karena dalam satu minggu kami harus mengenyam 50 jam kegiatan belajar. dan fasilitas di sana sangatlah komplit mulai dari komputer, alat - alat pertanian dari yang manual hingga yang modern, alat pengolahan pertanian dan sekaligus memproduksinya, mulai dari kecap, saus, syirup, Dll, dan untuk kejuruan perikanan juga memfasilitasi dengan lengkap, mulai dari banyaknya tambak yang berisi berbagai macam ikan, mulai dari ikan Nila, kerapu, kakap, Dll. Dan tidak pula ketinggalan dengan ikan hiasnya mulai dari ikan koi, arwana, mas, Dll.

Secara singkat saya telah menyelesaikan pendidikan di sana dengan suka gembira, setelah tamat saya sempat meneruskan pendidikan di jenjeng selanjutnya yaitu di Universitas Akademi Perikanan Jepara, meskipun hanya merasakanya cuma satu semester, di karenakan pada waktu itu Saya mengalami tekanan mental yang sangat kuat dengan di barengi perubahan psikis yang tidak bisa di hindari lagi, habis itu terbengkalailah sudah cita - cita semenjak kecil. hancur dan tanpa harapan lagi.

Singkat cerita saja, semenjak saya sudah tidak aktif lagi di pendidikan akhirnya saya memutuskan pulang ke kampung halaman ku di kota Indramayu, dan di sanalah pula terjadi perubahan mental yang negatif muncul akibat pergaulan bebas, saya sering melakukan hal-hal yang bersifat maksiat dan merugikan diri sendiri serta kesehatan. hingga semua keluarga gusar dan risau dengan sikap perbuatan saya hingga mereka memutuskan untuk mengirim kembali ke Jepara, agar saya bisa punya masa depan yang cerah.

Dan saya tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menurut saja kemauan semua keluarga besarku, dan akhirnya pun saya kembali ke kota Jepara, Dengan hati yang gundah dan malas. Sesampainya di sana Kakakku memasukan kerja di salah satu pabrik mebeul swasta, dan saya pun mulai kerja di sana dengan pengalaman kerja yang minim karena baru pertama kali saya bekerja.

Setelah kerja selama satu tahun, Saya menemukan seorang gadis yang membuat hatiku berdebar debar, semakin hari malah semakin tumbuh rasa sayang terhadapnya, dan waktulah yang memutuskan hingga aku punya hubungan dekat dengannya, dan kami pun menjalani hubungan sepasang kekasih, saling berbagi, saling mengasihi dan saling menyayangi, meski terkadang ada kesalahpahaman di antara kami, tapi kami anggap itulah bumbu - bumbu masakan dalam pacaran yang membuat semakin sedap dan lezat.

Dua tahun sudah kami menjalani hubungan dan kami serius untuk melangkah ke jenjang pernikahan, Dan pada tanggal 05 Agustus 2004 kami melaksanakan pernikahan kami, meski secara sederhana Saya sangat bahagia karena cita-cita kami berdua telah tercapai, Setelah menikah kami masih kerja karena kami merasa masih muda dan masih butuh uang untuk masa depan kami, dan setelah satu tahun lebih lahirlah anak kami yang perdana seorang bocah laki-laki yang kami sangat tunggu kelahirannya dan Alhamdulillah lahir juga.

Setelah anak kami lahir dan umurnya sekitar 5 tahun saya memutuskan untuk pergi melancong ke luar negeri untuk mengadu keberuntungan di sana, dan tepatnya tujuan yang saya tuju adalah Arab Saudi, karena pergi kesana sangat mudah dan cepat, dan akhirnya saya pun berangkat ke sana meninngalkan keluarga yang aku cintai, tapi aku harus sabar menjalaninya karena semua inipun saya lakukan untuk mereka dan masas depan mereka, Saya bekerja di sana selama dua tahun, dan selama di sana saya mengalami banyak sekali pengalaman - pengalaman yang sangat berharga, mulai dari segi Agama, solidaritas, mandiri, Dll.




Singkat kata setelah duatahun di sana Saya pun memutuskan untuk pulang ke tanah air tercinta, menemui keluargaku yang sudah menunggu dengan setia, dan setelah sesampainya saya di rumah, dan hari berganti hari hingga bulan silih berganti saya belum menemukan pekerjaan juga, dan hingga saatnya saya menemukan ide untuk membuka counter di desa saya sendiri, dan saya pun mulai merintis usaha counter tersebut dan saya memberikan nama counter tersebut dengan nama NOVA CELL karena sesuai dengan nama anak saya, meski sangat sedehana tapi saya terus menjalani usaha tersebut bersama istri dengan tekun, dan sampai dengan artikl inipun di buat kami masih menjalani usaha tersebut karena kami pikir ini adalah usaha yang mempunyai prospek yang cukup cerah.

Rasanya sekian dulu cerita pribadi dari saya, dan saya mohon maaf bila ada kesalahan teks, maupun kata-kata yang kurang jelas, karena saya masih kurang pengalaman, dan terima kasih atas ketersediaan waktunya untuk membaca artikel ini.

Senin, 22 Juli 2013

ASAL MULA KOTA JEPARA


Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M) mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan / Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin (suami). Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579),Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai "“QUILIMO”.Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.



 Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut


 ETIMOLOGI

Dulu ada orang yang sedang berjalan melewati Jepara melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya membagi dlm bahasa jawa adalah Para/Poro, maka pengembara tersebut menceritakan di kota tujuannya bahwa dia melewati Ujung Para karena dia melewati ujung pulau Jawa yang ada yang membagi ikan. lama-lama kata Ujung Para berubah ejaannya menjadi lebih singkat yaitu Jung Para, masyarakat pun lama kelamaan berubah menjadi Jumpara lalu berubah menjadi Japara dan ahirnya berubah menjadi Jepara. Orang Jawa menyebut menyebut nama Jepara menjadi Jeporo, dan orang Jawa yang menggunakan bahasa krama inggil menyebut Jepara menjadi Jepanten. Sedangkan nama Jepara di dalam sebutan bahasa Belanda: Yapara, Japare.

Sejarah 
Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan ditanah jawa. Diujung sebelah utara pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu berasal dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi ke arah selatan. Jepara saat itu masih terpisah oleh selat Juwana.
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk Ukirnya yang sangat khas

Kerajaan

di Jepara terdapat beberapa Kerajaan pada masanya, yaitu:
  • Kerajaan Kalingga
  • Kerajaan Kalinyamat

    Legenda

  • Suronggotho
  • Patak Warak
  • Rara Ayu Mas Semangkin
  • Julukan Jepara

  • Jepara Kota Ukir
Pada zaman Kerajaan Kalinyamat yang dipimpin Sultan Hadlirin ayah angkatnya yang berasal dari Cina mengukir batu yang dia bawa dari Cina untuk di letakan di Masjid Mantingan. Lalu dia mengajarkan cara mengukir yang indah kepada warga Jepara sampai sekarang. maka Jepara di Juluki Kota Ukir.
  • Jepara Bumi Kartini
Jepara adalah kota dilahirkanya pahlawan nasional R.A. Kartini, maka Jepara di juluki Bumi Kartini.
  • Jepara Kota Energi 
Slogan R.A Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang hal tersebut terealisasikan oleh pemerintah kabupaten Jepara dengan adanya 4 PLTU di Jepara, yang menjadi pemasok listrik Jawa, Bali, Madura. Oleh karena itu Bibit Waluyo (Gubernur Jawa Tengah) secara resmi memberi julukan KOTA ENERGI kepada kota Jepara.
  • Jepara Kota Fashion
Di Jepara banyak ditemukan beberapa produk fashion seperti: Tenun Ikat di Troso, Konveksi Baju di Sendang, Konveksi Celana di Bandungrejo, Konveksi Kerudung di Pendosawalan, Konveksi Bordir di Nalumsari, Perhiasan Monel di Kriyan, Perhiasan Emas di Margoyoso. Produk fashion Jepara telah membanjiri Pasar Semarang, Surabaya, Bali, Jakarta, Palembang, dll.
  • Jepara Kota Kerajinan/ Kota Seni
Banyak seni kerajinan di Jepara seperti seni ukir, sini, patung, seni relief, seni monel, seni emasan, seni gerabah, seni rotan, seni anyaman bambu, seni macan kurung, dll. Oleh karena itu Jepara di juluki Kota Kerajinan.
  • Jepara Kota 1000 Ponpes 
Pondok Pesantren sangat banyak di Rembang, tetapi di Jepara terdapat Pondok Pesantren 2x lipat jumlah pondok pesantren di Kabupaten Rembang. Oleh karena itu Jepara di kenal sebagai Kota Seribu Pondok Pesantren.
  • The World Carving Center 
Jepara berhasil membuat Rekor MURI sekaligus Rekor Dunia dalam bidang mengukir kayu bersama terbanyak di dunia. Maka Jepara resmi menyandang gelar The World Carving Center.
  • Jepara The Beauty of Java
Berkali-kali Jepara mendapat Adipura di karenakan kota Jepara begitu bersih. Selain itu Jepara sangat indah, dari pantai, pulau, hingga pegunungannya.
  • Caribbean van Java
Keindahan Kepulauan Karimunjawa keindahanya seperti di Karibia. Karimunjawa mempunyai kesamaan lain dengan Karibia yaitu terdiri dari beberapa pulau kecil, oleh karena itu belanda memberi julukan sebagai Caribbean van Java.
  • Scheveningen van Java
Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama,NY. OVINK SOERdan suaminya mengajak R.A. Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 kmke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukausebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindariombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu Pantai Bandengan.Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hampir sama dengan bandengan namanya Klein Scheveningen secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela kalau begitu kita sebut saja Pantai Bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen

Seni Budaya

Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu:
  • Tari Kridhajati
  • Tari Tayub
  • Tari Emprak
  • Samroh
  • Gambus
  • Angguk
  • Dagelan
  • Kentrung
  • Ludruk
  • Ketropak
  • Keroncong
  • Prasah
Jenis kesenian tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya bernafaskan Islam. Jenis kesenian tradisional lainnya adalah dagelan, emprak, ketropak, ludruk, kentrung, keroncong,dan prasah. Melalui beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah menggunakannya untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat misalnya mengenai pembangunan dan keluarga berencana.

Wisata Religi (Ziarah)

  • Cirosomo (Makam Para Adipati/Bupati yang pernah memimpin Jepara dan keluarga besar R.A Kartini), di Sendang
  • Makam Sultan Hadiri (Sunan Hadirin) dan Ratu Kalinyamat serta Raden Abdul Jalil (Sunan Jepara), di Mantingan
  • Makam Syeh Siti Jenar, di Kelet
  • Makam Habib Sodiq (Yek Nde) dan KH Noor Ahmad SS, di Kriyan
  • Makam Mbah Roboyo, di Robayan
  • Makam Datuk Gunardi, di Singorojo
  • Makam Habib Ali, di Mayong
  • Makam Ronggo Kusumo, di Manyargading
  • Makam Syeh Abu Bakar, di Pulau Panjang
  • Makam Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo, di Saripan
  • Makam Ki Gede, di Bangsri
  • Makam Syeh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan), di Karimunjawa
  • Makam Mbah Pakisaji, di Potroyudan
  • Makam Assayyid Thoyyib Thohir dan Syaikh Syamsuri, di (Penagon, Nalumsari, Jepara)
  • Makam Mbah Datuk Subuh, di Sidigede

Jumat, 19 Juli 2013

Kisah si kancil dan kuda yang sombong



Pada jaman dahulu ada seekor kura-kura, manusia, dan hewan lainnya. Mereka saling berbagi

dan hidup rukun di dalam hutan yang sejuk. Suatu sore, pada waktu si kancil berjalan sendiri, tiba tiba ada seekor kuda yang berlari sangat kencang mendahuluinya, sambil berteriak,
Kancil jelek! Tidak bisa berlari!”
Hai kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat kok.”
Ah bohong, kalau berani ayo lawan aku lomba lari cepat. Seratus meter.”
dan kancil pun setuju. Mereka sepakat untuk bertanding di sini esok hari.
Lalu mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Kuda langsung tidur, ia malas berlatih. Sedangkan kancil langsung berlatih secukupnya supaya besok pagi ia bisa memenangkan pertandingan.
Esok harinya, mereka pun berkumpul di tempat yang telah disepakati. Teman-teman kuda dan kancil ikut datang juga.
Tepat pukul sembilan pagi perrtandingan dimulai. kuda langsung melesat meninggalkan si kancil. Teman-teman kancil berteriak memberi semangat pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah jauh di depan. Akhirnya si kancil bisa mendahului kuda yang berhenti karena kecapekan lalu tertidur di bawah pohon apel.

Akhirnya si kancil pun memenangkan lomba lari. Kuda yang sombong itu meminta maaf pada si kancil dan semua teman-temannya, dan semua hewan di hutan akhirnya hidup rukun dan damai.

OBAT SESAK NAFAS TRADISIONAL

                               

 Obat Sesak Nafas Tradisional
Bagi Anda yang mengalami sesak nafas, ada Obat Sesak Nafas Tradisional yang bisa dibuat dengan menggunakan bahan jeruk nipis serta mudah anda dapatkan.

Jeruk Nipis Obat Sesak Nafas Tradisional

(Citrus aurantifolia, Swingle.)
Sinonim :
Familia :
Rutaceae
Uraian :
Jeruk nipis (citrusaurantifolia) termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2 tahun sudah mulai berbuah. Bunganya berukuran kecil-kecil berwama putih dan buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung. 1. Syarat Tumbuh a. Iklim • Ketinggian tempat : 200 m - 1.300 m di atas permukaan laut • Curah hujan tahunan : 1.000 mm - 1.500 mm/tahun • Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan - 12 bulan • Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 0 bulan - 6 bulan • Suhu udara : 200 C - 300 C • Kelembapan : sedang - tinggi • Penyinaran : sedang b. Tanah • Jenis : latosol, aluvial, andosol. • Tekstur : lempung berpasir lempung dan lempung liat • Drainase : baik • Kedalaman air tanah : 40 cm - 170 cm dari permukaan tanah • Kedalaman perakaran : di bawah 40 cm dari permukaan tanah • Kemasaman (pH) : 4 - 9 • Kesuburan : sedang - tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah • Buatkan lubang tanam berukuran50 cm x 50 cm x 40 cm. • Tanah bagian atas dipisahkan dari tanah di bawahnya, kemudian diberi pupuk kandang. • Tanah bagian bawah dimasukkan kembali, kemudian disusul tanah bagian atas. b. Persiapan Bibit • Jeruk nipis dapat diperbanyak secara cangkok dan okulasi. c. Penanaman • Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. • Jarak tanam 6 m x 6 m

Nama Lokal :
Lime (Inggris), Lima (Spanyol), Limah (Arab); Jeruk Nipis (Indonesia), Jeruk pecel (Jawa); Limau asam (Sunda);

Bahan Obat Sesak Nafas:
1 buah jeruk nipis,
2 siung bawang merah,
1 butir telur ayam kampung,
1 sendok teh bubuk kopi,
1 potong gula batu,

Cara Membuat Obat Sesak Nafas:
jeruk nipis diperas untuk diambil airnya,
bawang merah diparut kemudian dicampur dengan bahan lainnya
diseduh dengan air panas secukupnya,
diaduk sampai merata,
kemudian disaring;

Cara menggunakan: diminum setelah makan pagi secara teratur.